Rabu, 04 Mei 2011

Meninggalnya Dua Sahabatku

Siang yang berdebar. Jantung terasa berdetak lebih kencang. Hati merasa risau dan gelisah kala ujian responsi hadir. Namun, bukan karena itu semata yang kurasakan saat itu, tapi karena sebuah berita hebat yang datang mengguncang. Sebuah pesan duka yang mengabarkan tentang sebuah akhir perjalanan dua insan manusia. Dan mereka berdua adalah sahabatku.

Tepatnya jam 14.30 hari Jumat, 14 Mei 2010 berita yang melunglaikan seluruh jiwa dan ragaku itu datang. Tak percaya memang, bahkan sempat tak bergeming kala mendengar berita yang termuat dalam sebuah pesan singkat itu, karena pikirku itu hanya sebuah pesan yang dibuat-buat saja.

Siang menjelang sore waktu itu adalah ujian responsi DokTrak (Dokumen Kontrak) yang biasa temen2ku singkat pengucapannya. Semua fokus terhadap buku yang dibaca untuk persiapan menjawab semua pertanyaan dari sang Asdos (Asisten Dosen).

Namun sekilas ada yang aneh tampaknya ketika aku melihat sebuah ekspresi wajah sedih (nangis) dari salah satu teman cewe'-ku. Sebut saja Meta namanya. Aku melihatnya menangis sejadinya setelah dia membaca sebuah pesan itu. Penasaran! Aku coba dekati dan meraih handphone punya temen’ku itu, lalu aku baca sms yang begitu dahsyat kudapatkan. Isinya kurang lebih seperti ini, “Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un, telah meninggal saudara kita Tantan Hadi P. dan Nur Cholis jam 11.15, …”.

Masih tak percaya dengan berita itu karena aku masih berpikir bahwa itu adalah kabar burung semata. Namun aku melihat dan mendengar si Anang Putih (sapaan M. Anang Kusuma) sedang berbicara via hp dengan si Anang Tinggi (sapaan Anang Noor Rohman), aku coba ambil alih untuk mendengar pasti tentang berita itu. Benar adanya tentang berita itu, karena aku sendiri mendengarnya langsung dari orang yang ikut bersama dalam tragedi itu.

Aku coba menanyakan tentang posisi mereka berada sekarang dan kejadiannya seperti apa? Tapi, temen’ku tak sanggup berucap banyak mengenai kejadiannya itu. Tak cukup kuat untuk bercerita tentang kejadian yang mereka alami dalam tragedi itu. Dia hanya bisa mengasih pesan tentang letak posisi mereka sekarang. Anang bilang, "Aq dan Lugkas di Polres Kulonprogo (Wates), Riska sendirian di RSUD Wates nungguin jenazahnya".

Tanpa pikir panjang sebagai seorang ketua kelas. Responsi yang sedang berlangsung harus aku hentikan seketika itu. Aku langsung masuk kelas dan menghentikan sejenak orang2 yang sedang berdebar-debar hatinya menunggu pertanyaan dari sang penanya ‘Asdos’.. Aku langsung minta ijin untuk mengungkapkan sebuah pemgumuman yang terlalu berat untuk aku samapikan pada saat itu.

Dengan hati yang sesak, mulut penuh isak aku ucapakan beberapa kata dengan terbata-bata dihadapan temen2’ku dan beberapa Asdos yang berada di dalam kelas saat itu. Dan kurang lebih kata demi kata itu keluar dari mulutku terucap begini:

“Assalamu’ alaikum wr.wb. mohon maaf mas, mba, saya mengganggu waktunya sebentar. Ada sebuah berita duka detik ini bahwa tadi siang kita telah kehilangan teman satu kelas kita, Tantan Hadi P. dan Nur Cholis. Mereka meninggal tadi siang karena kecelakaan”..

Yap, kurang lebih kata2 itu yang ku ucapkan di depan kelas saat itu. Tapi sempat terpikir juga dalam batinku, mereka meninggal karena kecelakaan apa yah? Kecelakaan lalu lintas kah. Tak cukup penting untuk kuketahui saat itu, yang ada dalam pikirku sekarang adalah aku ingin secepat kilat melihat kondisi mereka sekarang terlebih melihat ke-2 sahabatku.

Detik demi detik, menit demi menit, aku bersama temen2ku coba menyusun beberapa rencana, ditemani cuaca mendung dan gerimis yang mengundang kala itu. Muncullah ide2 dari masing2 individu. Keluarlah sebuah keputusan dengan membagi 3 kelompok bagian.

Aku, Adi Prasetya, Trisno, dan Harnung menuju sebuah rumah Nur Cholis yang lama di kota Gede. Dengan sebuah harapan, kita ingin mendapatkan sebuah nomer Hp ntah itu pamannya yang ada di Magelang, ataupun keluarga besarnya yang ada di Medan sana. Dan yang lain ada yang sebagian duluan ke rumah sakit, dan sebagian yang lainnya tetap stay dikampus untuk mengabarkan kepada warga kampus seluruhnya.

Tunggu dari menit ke menit, akhirnya tak ada kepastian tentang warga yang memiliki nomer hp dari salah satu kerabat Nur Cholis. Namun tak lama kemudian bergetarlah hp’ku ini dengan nomer yang baru karena belum masuk dalam list hp’ku. Aku angkat ternyata terdengar suara cewe', ternyata itu Riska yang ikut juga dalam tragedi itu.

Dia ngasih tau kalo pamannya Cholis udah dihubungi dan beliau sekarang lagi dalam perjalanan ke Wates, dan untuk Tantan juga sudah dihubungi lewat kakaknya, beliaupun sudah dalam perjalanan ke RSUD. Setelah selesai berbincang via telpon itu, akhirnya kami putuskan untuk langsung berangkat menuju Wates.

Bergegas kami ber-empat dengan dua motor besar itu ke Wates, menyusul rombongan motor lainnya yang sudah duluan datang disana. Dengan harapan yang tak lain adalah bisa melihat kondisi terakhir kedua sahabat kami itu.

Detik berganti menit, tak terasa 1 jam berlalu. Ditemani hujan deras yang turun menandakan sebuah arti kesedihan. Pada hari itu telah meninggal 2 sahabat yang selalu kami rindu. Dengan tetap penuh semangat tak mau tau dengan kondisi pada saat itu, kami hanya berharap bisa sampai secepatnya ke RSUD Wates.

Tanya sana sini, akhirnya mendapat sebuah jawaban yang menambah semangat kami lagi untuk bisa segera ketemu dengan 2 sahabat kami itu. "100 meter lagi nyampe kiri jalan ada plang-nya", kata Bapak2 yang kami tanya. Sampai akhirnya! Tapi sebelum masuk gerbang tadi, aku mendengar bunyi sirine yang membuatku terasa gelisah. Bertanya dalam batin kecilku, "jangan-jangan yang ada di dalam mobil ambulance itu Nur Cholis atau Tantan karena keluarganya sudah mengambilnya".

Tiba di RSUD Wates. Kami ketemu dengan temen2 rombongan pertama yang datang kesana. Mereka bilang, “Alm. Tantan sudah dibawa pulang bersama kakaknya ke Tasik langsung, dan untuk Alm. Nur Cholis masih ada di kamar jenazah". Benar adanya tentang peratnyaan batinku tadi. Menyesal seketika itu pula karena tidak bisa melihat wajah dari salah satu ‘SYUHADA’ Alm. Tantan untuk terakhir kalinya.

Dalam hatiku semakin bertambah lagi penyesalan itu, karena pada saat paginya aku tak bisa melihat mereka berdua, dikarenakan pagi itu aku tidak masuk kelas, kelelahan dan terbaring melemas di atas kasur kamar sempitku. Semakin membuncah penyesalan itu saat aku tanyakan pada salah seorang temenku, "Adakah temen kita yang ikut bersama dalam mobil jenazah itu untuk mengantarnya ke Tasik?" Ga ada Di, jawab temen’ku.

Ingin sekali rasanya memarahi temen2ku saat itu, tapi apalah gunanya dari marahku itu nantinya. Yang ada dalam pikirku saat itu, "Bagaimana seandainya kalo yang ada di dalam ambulance itu adalah diriku seorang? menemani sebuah raga tanpa jiwa sepanjang perjalanan dengan ber’jam-jam lamanya?" Dan terlebih lagi ini adalah seorang perempuan. Yap, aku ternyata baru tahu kalau kakak dari Tantan adalah seorang perempuan. Aku hanya bisa berucap:

Begitu KUAT dan TEGAR dirimu Teh (sapaan akrab Teh Pupu yang baru aku kenal waktu itu).

Dengan penuh harap dan cemas, kulanjutkan kaki-kaki kami menuju sebuah ruangan rumah sakit yang sepi. Kamar jenazah tepatnya. Disitu aku melihat seorang temanku Riska sedang terduduk di sebuah kursi panjang. Dengan tatapan penuh haru menyambut kedatangan kami.

Ditemani seorang penjaga kamar mayat, kami diajak masuk ke dalam sebuah ruangan. Ternyata di dalam kamar itu juga sudah tampak seorang temanku 'Lugkas', menunggui dengan setianya. Tampak sebuah penyesalan mendalam menyelimuti raut wajahnya.

Perlahan kain yang menutupi sesosok badan dibuka oleh penjaga kamar mayat itu. Keluh. Lesu. Tak berdaya. Terasa seluruh jiwa dan raga luluh lantak melihat keadaan itu. Tapi kucoba menguatkan hati dan jiwa untuk senantiasa menerima segala keadaan yang kuhadapi di depan mataku. Melihat untuk yang terakhir kalinya di dunia sebelum bertemunya kembali di alam kekal nan abadi (negeri akhirat).

Tertutup dua mata untuk selamanya. Yang kulihat saat itu hanyalah sebuah senyuman terpancar dari wajahnya. Sebuah perasaan menandakan bahagianya seseorang.

Yah, sebuah perasaan bahagia. Nampaknya itu yang kurasa ada dalam sesosok raga tanpa jiwa itu. Aku pula turut merasakannya setelah aku mendapat jawaban tentang kejadian yang sebenarnya terjadi dalam tragedi itu. Sebuah peristiwa yang sudah Allah janjikan surga untuk orang2 yang mendapat kecelakaan seperti ini.

Sebuah kecelakaan memang. Namun bukan kecelakaan yang biasa terjadi seperti tubrukan antara mobil dan motor ataupun jatuhnya seseorang dari lantai atas ketika bangun gedung. Tragedi yang mereka alami adalah tenggelamnya raga ke dalam sebuah sungai. Dalam hatiku semakin yakin bahwa mereka berdua adalah 'SYUHADA' ketika terpancar raut wajah berserinya.

Dari Ummu Haram, Rasulullah berkata, “Orang yang (meninggal karena) mabuk laut akan mendapatkan pahala orang yang mati syahid. Dan orang yang mati karena tenggelam mendapatkan pahala dua orang yang mati syahid.” [Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 6642]

Wassalam..
Kubuat untuk mengenang kejadian sebagai hikmah atau pelajaran hidup.

0 komentar:

Kaskus Only
:ilovekaskus :iloveindonesia :kiss
:maho :najis :nosara
:marah :berduka :malu:
:ngakak :repost: :repost2:
:sup2: :cendolbig :batabig
:recsel :takut :ngacir2:
:shakehand2: :bingung :cekpm
:cd :hammer :peluk
:toast :hoax: :cystg
:dp :selamat :thumbup
:2thumbup :angel :matabelo
:mewek: :request :babyboy:
:babyboy1: :babymaho :babyboy2:
:babygirl :sorry :kr:
:travel :nohope :kimpoi
:ngacir: :ultah :salahkamar
:rate5 :cool :bola
:jrb: :kts: :sup:
:kbgt: :kacau: :bigo:
:rep: :cd:

by Pakto
:mewek2: :rate-5 :supermaho
:4L4Y :hoax2: :nyimak
:hotrit :sungkem :cektkp
:hope :Pertamax :thxmomod
:laper :siul :2malu:
:ngintip :hny :cendolnya

by misterdarvus
:maintenis: :maintenis2: :soccer
:devil :kr2: :sunny

Posting Komentar