Petang menjelang. Lembayung sore tampak cantik di ujung langit itu secantik anak2 kecil yang sedang berkumpul dijalanan yang menurun. Kian elok lagi dengan pemandangan gemerlap lampu kota yang terlihat dari kediaman atas sini.
Petang ini, aku baru saja selesai mengerjakan kewajibanku sebagai seorang muslim. Menunaikan perintah-Nya, yaitu solat maghrib. Seperti biasa, berangkat dan pulang aku hanya melalui satu jalan ini. Dan tak seperti biasanya petang ini aku berjumpa dengan sekumpulan gadis kecil yang tampak ramai mendendangkan suara-suara merdunya mengikuti lagu yang diputar lewat sebuah radio.
Lagu itu tampaknya terkenal dikalangan pencinta musik pop Indonesia karena dibawakan penyanyi yang tak asing lagi “Rosa”. Tampak senang dan gembira mereka membawakan sebuah lagu itu. Layaknya paduan suara. Mereka dengan serentak bernyanyi mengikuti alunan lagunya.
Anak kecil itu sungguh sangat gembiranya, namun tak segembira yang ada dihatiku. Tepatnya sedih terbalut luka. Bukan aku tak suka dengan lagu yang dinyanyikan mereka. Bukan pula aku tak senang karena setiap pulang dan pergi aku harus naik dan turun dari jalanan yang bikin kedua kakiku sedikit pegal. Sungguh hari ini aku sedih karena ada 2 sebab utama.
Pertama, aku sungguh sedih setiap kali ku berada di rumah Allah kampung ini hanya ada 1 barisan sepuh saja, padahal sungguh aku tahu pemuda disini tampak kelihatan banyak. Rumah Allah yang tersedia disini ada 2, yang satu masjid (biasa dipakai jumatan) dan yang satu lagi berupa mushola (tampak sebuah surau).
Tampak saling serang terdengarnya dari ke-2 toa (sumber suara) apabila adzan dan puji2an dilantunkan. Tapi disini bukan saling serang lempar batu lo.. maksudnya adalah mereka saling mengajak sebanyak2nya masyarakat disekitarnya untuk pergi segera menunaikan kewajibannya. Namun apa yang terjadi setiap aku berada di dalam masjid itu. Yah, seperti biasa hanya seorang pemuda saja berada disitu yang terselip diantara barisan sepuh.
Kedua, sungguh aku sedih bukan karena anak kecil itu berada dipinggir jalanan menurun yang bikin orang terganggu. Aku sedih karena tampaknya kalian memang dibiarkan berada disitu oleh orang tua kalian sendiri. Memang aku hanya menduga saja. Tapi, bukankah rumah kalian yang berada dipinggir jalanan yang menurun itu ditambah lagi aku lihat orang tua kalian juga sedang berada didalam rumah dengan santainya.
Kenapa kalian tampak bersenda ria pula, bernyanyi bersama disaat kebanyakan orang berada di dalam masjid. Bukankah tempat kalian pada saat sekarang ini harusnya berada di dalam surau untuk mengaji bersama seperti dikampung2 aku yang biasa aku lihat. Aduhai, kenapa ini harus dibiarkan?
Sungguh dendangan lagu kalian merdu sekali, bikin hati bahagia kelihatannya. Namun bagiku tidak Dik, aku bahagia kalau lagu yang didendangkan adalah berupa surat2 pendek dari Al-Quran. Aku sangat merindukan dendangan yang indah dari anak2 kecil berupa hafalan surat pendek itu. Aku tampak ingin kembali seperti dulu dikala mendengar dendangan lagu yang biasa aku dengar di sebuah surau kampung tempat mengaji kami. Dengan penuh semangat menghafalkan beberapa surat pendek dari juz'ama. Aku sungguh bahagia jika itu yang terjadi, terulang kembali di kota kalian yang baru beberapa hari ini aku singgahi.
Rabu, 04 Mei 2011
Satu Lagu Itu Cepat Dihafal daripada Satu Buah Surat Pendek Juz'ama
Kampung indah, 10-04-2011 jam 08.23 pm
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
by Pakto
by misterdarvus
Posting Komentar